Pemuda Adalah aset Bangsa
Gambar Illustrasi pemuda |
“Bahwa sesungguhnya di tangan pemuda lah permasalahan masyarakat
akan dipecahkan, dan di dalam pengorbanannya lah suatu bangsa akan tetap
hidup dan berkembang”.
Penggalan pepatah di atas bukanlah sebuah isapan jempol. Hampir di seluruh dunia, perubahan selalu
diawali dengan campur tangan pemuda. Indonesia sebagai salah satu
contohnya, peran pemuda sangat berpengaruh besar atas proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Jika bukan
karena semangat yang membara dan kegigihan kaum muda untuk meminta
Soekarno memproklamasikan kemerdekaan RI, tentu Indonesia semakin lama
menuai kemerdekaan dan tetap menjadi boneka jepang pada waktu itu.
Sejarah mencatat, masa peralihan dari orde lama ke orde baru pada
tahun 1966 dan peralihan dari orde baru ke masa reformasi sampai
sekarang pun lahir karena campu tangan pemuda dengan pengorbanan yang tidak
sedikit dari mereka. Sehingga asumsi yang sudah mengakar sampai sekarang
adalah pemuda adalah agen of change (agen perubahan).
Jika dianalisa keadaan pemuda sekarang, tingkat keprihatinan pada
masa sekarang tentu berbeda dengan masa perjuangan 45 maupun pada masa
peralihan. Pemuda sekarang cenderung menghadapi keadaan yang sebaliknya,
di satu sisi wabah hedonisme yang merusak pemuda, di satu sisi lagi
wabah kemiskinan dan ketidak mampuan yang terbayang di depan mata pemuda
setelah mereka menyelesaikan masa studinya. Permasalahan tersebut
memang tidak terlalu berbeda dengan pemuda zaman 45, dimana hedonisme
dan kemiskinan mewabah di pemikiran pemuda. Namun prosentasenya
dibanding dengan sekarang tentu lebih besar sekarang. Hal ini bisa
dibuktikan dengan sedikit kepedulian pemuda pada permasalahan bangsa,
bahkan justru pemuda lebih disibukkan dengan permasalahan sendiri.
Pelajar disibukkan dengan masa pencarian jati diri dengan kaca mata
hedonisme barat, sedangkan mahasiswa disibukkan dengan tuntutan agar
biaya pendidikan lebih murah.
Permasalahan yang kompleks di atas tentu membutuhkan pencerahan,
tidak hanya dari pemuda itu sendiri, tapi juga dari suatu negara yang
mau mempersiapkan generasi penerusnya agar membuat negara indonesia
menjadi lebih baik. Mengutip apa yang tersirat pada ungkapan Soekarno
tentang pemuda dan pembangunan negara, bahwa dengan hanya 10 pemuda,
maka dia sanggup membawa Indonesia menjadi lebih baik. Ungkapan
tersebut, tidak hanya semata suatu yang bombastis di mulut sang
proklamator. Jika dilihat dari sejarah, munculnya dua organisasi
masyarakat yang mengakar di Indonesia sekarang; Nahdhatul Ulama dan
Muhammadiyah, adalah dipelopori oleh anak bangsa yang mempunyai empati
yang tinggi terhadap moral bangsa Indonesia, Hasyim Asy’ari dengan NU
dan Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah. Mereka berjalan berdampingan dan
saling mendukung dengan metode masing-masing dengan satu tujuan yang
sama yaitu menguatkan moral masyarakat Indonesia.
Kembali pada permasalahan yang dihadapi pemuda saat ini dan mengaca
pada ungkapan Sang Proklamator, maka perlu tindakan pemerintah sebagai
seorang ibu, untuk menyiapkan dari sekarang generasi penerus mereka dan
aset bangsa agar mampu menerbangkan garuda menuju cakrawala dan dilihat
oleh dunia sebagai garuda yang gagah, bukan garuda yang punya penyakit
paru-paru dan asma karena hutannya sudah digerogoti, atau terlihat kurus
kering karena sumberdaya alamnya habis tidak tersisa untuk makanan dia.
Sehingga pada 200 tahun lagi masih terdengar gaung suara kemerdekaan:
HIDUPLAH INDONESIA RAYA.
Post a Comment